Kesehatan Reproduksi & HIV

PENTINGNYA PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PADA REMAJA

Pentingnya Pendidikan Seksualitas Yang Komprehensif

Berbagai kejadian yang terjadi di indonesia masih banyak isu yang timbul di kalangananak-anak masyarakat. Penyebabnya yaitu adanya tanggapan bahwa membicarakan seks menjadi larangan, Dan pendidikan seks bagi kalangan remaja akan memdorong keinginan remaja untuk melakukan hubungan badan. Sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan seks menjadi suatu hal yang vulgar. Padahal selama ini jika kita membahas atau berbicara tentang seks, maka yang ada di pikirandan individu ada lah hubungan intim, padahal seks artinya jenis kelamin yang menjadi pembeda antara laki-laki dan perempuan secara biologis.

Seksuitas menyangkut beberapa hal di antara nya, yaitu deminsi biologis yang berkaitan atau bersangkutan dengan organ intim kewanitaan cara menjadi dan merawat kebersihan dan kesehatan organ intim, dimensi psikologis sekssualitas berkaitan dengan identitas jenis.

Perasaan keinginan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai humas seks, dimensi sosial, bersangkutan dengan bagaimana seksualitas timbul dalam relasi antar individu serta bagaimana lingkungan menjadi pengaruh dalam pembentukan gambaran mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks, dan dimensi kultural ini menunjukkan bahwa perilaku seks tersebut adalah bagian dari budaya yang ada di kalangan atau lingkungan masyarakat.

Ada dua faktor yang menjadi aladan kenapa pendidikan seks sangat perlu bagi remaja Faktor pertama yaitu ketika anak-anak yang tumbuh menjadi remaja, mereka belum cukup mengerti dengan pendidikan seks sebab orang tua masih menganggap bahwa berbicar mengenai seks dianggal hal yang wajar Sehingga dari ketidak pahaman tersebut, para remaja merasa tidak perlu bertanggungjawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksi. Faktor kedua, dari ketidak pahaman remaja tentang seks dan dalam kesehatan anatomi reproduksi, mereka kemudian mencari informasi yang dapat menjawab pertanyaan yang dari mereka. Di lingkungan atau kalangan masyarakat konten mengenai seksualitas dan reproduksi ditawarkan dalam beragam media, Hal tersebut mencakup beberapa kesempatan bagi kalangan remaja untuk meng eksplorasikan sikap dan nilai, serta keahlian dalam pengambilan keputusan ataupun keterampilan hidup dalam kepribadaian lainnya yang di butuhkan remaja untuk dapat membuat keputusan terkait dengan ke-hidupan seksualnya.

Penulis #Nur Ain

Referensi

Aliansi Remaja Independen. 2010. Fact Sheet Status Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia. Jakarta.

Atkinson. 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

BPS, BKKBN, Depkes. 2008. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2007

Badris, Gifari. 2007. Bahaya Narkoba dan Seks Bebas. Riau: CV. Milaz Grafi ka. Dep. Kesehatan RI. 1997. AIDS di Tempat Kerja. Jakarta: Depkes RI Diana Teresia Pakasi.

Laman sebelumnya 1 2 3 4

Artikel Terkait

31 Komentar

  1. dalam hal ini dapat saya menarik beberapa poin di antaranya yaitu :

    a. rasa senag bisa menempatkan dengan situasi seseorang sebagai kualitatif tergantung pada sikap individu terhadap dirinya sendiri di mana tergantung pada tahap penamaan diri atau ( zaldenaming ).
    b. remaja belum yang belum puas dalam usaha membenarkan diri dan mendefinisikan diri sendiri akan merasa senang mudah menempatkan diri dengan lingkungannya.

    dari dua poin di atas dapat kita tarik kesimpulan sebaliknya seseorang akan menjadi tidak senang atau sengsara apabila semua keinginannya pada masa remajanya tidak bisa terpenuhi sesuai apa yang di inginkan pada masa remaja , akibatnya remaja tersebut dalam mengalami perubahan dapat menimbulkan berbagai perilaku sebagai berikut :
    1. kenakalan remaja
    2. penyala gunaan obat terlarang
    3. penyakit menular seksual
    4. HIV dan AIDS serta,
    5. kehamilan tidak di inginkan aborsi dan sebagainya.

    jadi solusi dari permasalahan yang di alami di atas untuk mencegah semuanya itu terjadi di antaranya di sisni ada peran orang tua serta adanya pendidikan formal dan lingkungan tempat bersosialisasi yang di harapkan agar dapat berpengaruh untuk remaja tersebut dalam hal ini kontrol dan regulasi perlu di lakukan terhadapan dorongan-dorongan seks dan implus seks, agar tidak terlampau eksetif dan meledak-ledak, sehingga memahami jasmani maupun rohani.

    1. Predisforcing faktor: kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, penyakit menular seksual serta HIV dan AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan aborsi dan sebagainya. Untuk mencegah semua itu perlu adanya peran orang tua, pendidikan formal dan lingkungan tempat bersosialisasi si yang diharapkan dapat berpengaruh untuk remaja titik proses tumbuh kembang remaja harus mendapatkan perhatian yang khusus agar fase tersebut dapat terkontrol.
      Ada faktor yang mempengaruhi remaja bergelut dalam pergaulan bebas, antara lain: faktor umum ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja terjerumus dalam pergaulan bebas, seperti gagalnya sosialisasi norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas dan semakin terbukanya peluang pergaulan bebas setara dengan kuantitas pengetahuan sosial dan sekelompok. Khususnya dalam pertemanan lawan jenis pada lingkungan bebas kecilnya pengawasan sosial, cenderung mengundang hasrat dan keinginan seks Seraya menerapkannya secara bebas. Ada anggapan di kalangan remaja, bahwa seks sebagai gejala kedewasaan yang normal yaitu suatu kesalahan pemahaman terhadap seks. Karena mereka belum banyak mengetahui secara utuh tentang rahasia dan fungsi seks, maka lumrah untuk mereka menafsirkan teks mata sebagai tempat pelampiasan birahi tanpa memerdulikan resikonya

      Enabling faktor: apabila bergaul dengan teman sebaya yang baik dan memiliki kepribadian berakhlak maka menjadi kepribadian yang berakhlak, begitu sebaliknya, apabila berteman dengan anak-anak yang bermasalah, maka akan ikut bermasalah pula. Maka begitu penting seorang remaja dalam mencari teman yang sebaya agar terhindar dengan hal-hal yang menjadikannya melakukan penyimpangan sosial ketika lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

      Reinforcing factor:kurangnya pendidikan tentang seks,karena adanya tanggapan bahwa membicarakan seks merupakan sebuah larangan,dan pendidikan seks di kalangan remaja akan mendorong keinginan remaja untuk melakukan hubungan badan.Sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan seks merupakan sebuah tindakan yang vulgar,padahal pemberian pengetahuan dan pemahaman tentang seks kepada remaja itu sangat penting.

  2. Predisposing factor : umur, minimnya pengetahuan dan pemahaman perihal kesehatan reproduksi, sikap remaja itu sendiri, gagalnya sosialisasi norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas, semakin terbukanya peluang pergaulan bebas setara dengan kuantitas pengetahuan sosial dan kelompok pertemanannya
    Reinforcing factor : perlu adanya peran orang tua, pendidikan formal, dan lingkungan tempat bersosialisasi yang diharapkan dapat berpengaruh untuk remaja
    Enabling factor : perlunya pemberian pendidikan seks sejak usia remaja (adanya tanggapan bahwa membicarakan seks menjadi larangan, dan pendidikan seks bagi kalangan remaja akan mendorong keinginan remaja untuk melakukan hubungan badan. Sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan seks menjadi suatu hal yang vulgar, padahal pemberian pengetahuan dan pemahaman seks kepada remaja sangat penting)

  3. 1.faktor prediposisi:minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak sehingga terjadinya pergaulan bebas
    2.faktor pendukung:memberikan edukasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan memberikan arahan tentang bahayanya seks bebas klo bisa memberikan buku panduan tentang kesehatan reproduksi
    3.faktor pendorong:minimnya pendidikan tentang kesehatan reproduksi pada remaja sebaiknya para orang tua memberikan pendidikan tantang kesehatan reproduksi agar tidak terjerumus pada seks bebas karna anak pada masa remaja adalah dimana rasa ingin tau mereka tinggi sehingga mereka ingin mencobanya

  4. Berdasarkan bacaan di atas, asumsi saya mengenai hal tersebut dapat diaplikasikan dalam Precede-Procede model, yaitu sebagai berikut:
    Permasalahan yang dibahas yaitu ditakutkannya ketidaksiapan remaja dalam mengalami perubahan-perubahan dapat menimbulkan berbagai perilaku, seperti:
    1. Kenakalan remaja
    2. Penyalahgunaan obat terlarang
    3. Penyakit menular seksual
    4. HIV AIDS
    5. Kehamilan dini, aborsi, dll
    Faktor Predisposingnya, yaitu:
    1. Umur
    2. Individu tidak bisa mengontrol sikap terhadap diri sendiri
    3. Keinginan masa remaja tidak bisa terpenuhi
    4. Berlangsungnya berbagai macam perubahan cukup signifikan secara fisik, biologis, mental, emosional, dan psikososia
    5. Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi
    Faktor Reinforcingnya, yaitu:
    1. Sikap dan perilaku keluarga, teman, tetangga tentang kesehatan reproduksi
    2. Sikap orang yang menjadi panutan remaja dalam kehidupan sehari-hari
    Faktor Enablingnya, yaitu:
    1. Gagalnya sosialisasi norma, agama, dan moralitas dalam keluarga
    2. Jumlah pengetahuan sosial dan kelompok pertemanannya

  5. •Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
    Masa remaja merupakan masa dimana kita menemukan jati diri dan mengenal berbagai macam hal. Perubahan yang muncul pada masa remaja seperti lebih sensitif, hingga ketertarikan dengan lawan jenis harus difahami dengan baik agar remaja dapat mengontrol hal tersebut dan tidak mengganggu aktivitas. Cara menjaga kesehatan reproduksipun harus bisa diterapkan setiap harinya.
    — Dalam kasus ini faktor predisposisinya adalah beberapa remaja yang mungkin masih tidak atau belum mengetahui seberapa pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja.

    •Faktor Pendukung (Enabiling Factors)
    Ketidak siapan remaja dalam mengalami perubahan dapat menimbulkan perilaku yang mengacu pada kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang, penyakit menular seksual (HIV,AIDS), serta kehamilan dan tindakan aborsi.
    — Dalam hal ini faktor pendukung untuk mencegah semuanya itu adalah peran dari orang tua, pendidikan formal dan lingkungan tempat bersosialosasi yang diharapkan dapat berpengaruh untuk remaja.

    •Faktor Pendorong (Renforcing Factors)
    Faktor yang mempengaruhi remaja dalam pergaulan bebas, seperti gagalnya sosialisasi norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan molaritas dan semakin terbukanya peluang pergaulan bebas serta dengan kuantitas pengetahuan sosial dan sekelompok pertemanannya. Sebagai akibatnya yaitu mereka mencari kebebasan diluar rumah, khususnya dalam pertemanan lawan jenis pada lingkungan bebas kecilnya pengawasan sosial.
    — Dalam hal ini, keluarga harus memberikan contoh dan sikap yang mengacu pada kesehatan reproduksi dan seksulitas. Serta membangun sosial norma yang ada di dalam keluarga, untuk para tenaga kesehatan yang memberikan penyuluhan mengenai hal ini juga harus dengan jelas dan memberikan contoh yang baik bagi remaja agar terhindar dari masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas.

  6. Predisposing factors : di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.

    Enabling factors : dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.

    Renforching factors : Harus menjaga kebersihan alat kelamin dengan mengganti pakaian dalam sebanyak dua kali dalam sehari. Harus mencuci alat kelamin setiap selesai buang air kecil atau pun buang air besar. Tidak boleh memakai obat sembarangan jika bermasalah dengan wajah atau tubuh. Ajak anak untuk menemui dokter. Hindari penggunaan pakaian yang terlalu ketat. Menjaga kebersihan tubuh dengan menggunting kuku. Menggunakan baju yang sopan dan sesuai dengan kebutuhan. Melarang kegiatan yang dilakukan hanya berdua dengan lawan jenis. Harus selalu menceritakan apa yang terjadi dan lebih terbuka kepada orangtua.

  7. 1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
    Remaja harus mengetahui mereka akan mengalami pubertas saat dewasa yang mempengaruhi perubahan pada fisik, emosi dan mental serta psikososial. Kurangnya pengetahuan tentang pendidikan kesehatan reproduksi dan kesiapan remaja dalam mengalami perubahan menimbulkan berbagai perilaku yang menyimpang moral seperti penyalagunaan obat terlarang dan seks bebas yang menyebabkan tertular penyakit menular seksual serta HIV dan AIDS.

    2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
    Pentingnya dilakukan pendidikan seksualitas yang komprehensif pada masa remaja agar tercapainya pemahaman tentang masa pubertas dan mengetahui cara menjaga reproduksinya.

    3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
    Perlu adanya peran orang tua, pendidik formal dan lingkungan tempat bersosialisasi yang diharapkan dapat berpengaruh untuk remaja. Kontrol dan regulasi perlu dilakukan terhadap seks dan implus seks agar tidak melemahkan jasmani dan rohani.

  8. Predisposing factor
    1. kepercayaan :
    ~banyak yang bilang bahwa pada masa remaja, individu akan mulai mencari dan menemukan jati diri, serta mengenal berbagai macam hal. masa ini menjadi salah satu umur dimana individu mulai mempunyai daya dan produktivitas yang tinggi.

    ~perilaku seks tersebut adalah bagian dari budaya yang ada di kalangan atau lingkungan masyarakat.

    Keyakinan :
    ~ berbagai kejadian yang terjadi di Indonesia masih banyak isu yang timbul di kalangan anak-anak masyarakat penyebabnya yaitu adanya tanggapan bahwa membicarakan seks menjadi larangan dan pendidikan seks bagi kalangan remaja akan mendorong keinginan remaja untuk melakukan hubungan badan. sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa pendidikan seks menjadi suatu hal yang vulgar.

    ~sikap
    Oleh karena itu, para remaja perlu memahami dengan sangat baik cara menjaga dan merawat kesehatan reproduksi atau organ intim mereka.
    pada masa pubertas remaja juga perlu memahami perubahan yang terjadi pada fisik hingga emosi atau mental mereka.

    Pengetahuan :
    ~ ada 2 faktor yang menjadi andalan kenapa pendidikan seks perlu di bagi remaja
    1. ketika anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum cukup mengerti dengan pendidikan seks sebab orang tua masih menganggap bahwa berbicara mengenai seks dianggap hal yang wajar sehingga dari ketidak pemahaman tersebut, para remaja merasa tidak perlu bertanggungjawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksi.
    2. dari ketidak pemahaman remaja tentang seks dan dalam kesehatan anatomi reproduksi, mereka kemudian mencari informasi yang dapat menjawab pertanyaan. Di lingkungan atau kalangan masyarakat konten mengenai seksualitas dan reproduksi ditawarkan dalam berbagai media.

    Renforcing factors
    ~untuk mencegah semua itu perlu adanya peran orangtua, pendidikan formal dan lingkungan tempat bersosialisasi yang diharapkan dapat berpengaruh untuk remaja.

    Enabling factors
    ~ ketidaksiapan termasuk dalam mengambil perubahan dapat menimbulkan perilaku yang mengacu pada kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang, penyakit menular seksual (HIV ,AIDS), serta kehamilan dan tindakan aborsi.

  9. Predisposing factors:
    Remaja adalah suatu dimana masa yang akan dialami oleh individu semasa hidupnya,banyak yang bilang bahwa pada masa remaja dimana individu akan mulai mencari jati dirinya serta mengenal berbagai macam hal,maka seorang remaja harus faham tentang pentingnya menjaga dan merawat kesehatan reproduksi atau organ intim,pubertas(perubahan fisik hingga emosi/mental,sensitif( tertarik pada lawan jenis).karna dalam dunia pergaulan bebas kini mulai menghantui kalangan remaja, dimana remaja harus menjahui pergaulan bebas atau pertemanan bebas dan dapat mengontrol kepribadiannya.

    Enabling factors:
    Ketidak siapan remaja dalam mengalami perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku seperti; kenakalan remaja,penyalah gunaan obat terlarang,penyakit menular seksual(HIV/AIDS),kehamilan yang tidak diinginkan,aborsi dsb.

    Renforcing faktors:
    Peran orang tua,pendidikan formal dan lingkungan tempat bersosialisasi yang di harap dapat berpengaruh untuk remaja dan mendapat perhatian khusus agar fase tersebut terkontrol

  10. Predisforcing factor : dimana perubahan pada kanak-kanak menjadi remaja, dimana remaja mengalami kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, penyakit menular seksual (PMS) serta HIV dan AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan aborsi dan sebagainya. Untuk mencegah semua itu perlu adanya peran orang tua, pendidikan formal dan lingkungan tempat bersosialisasi yang diharapkan dapat berpengaruh untuk remaja. Para remaja merasa tidak perlu bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksi.

    Enabling factor : perasaan keinginan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai humas seks, dimensi sosial, bersangkutan dengan bagaimana seksualitas timbul dalam relasi antar individu serta lingkungan. Maka begitu penting seorang remaja dalam mencari teman yang sebaya agar terhindar dengan hal-hal yang menjadikan penyimpangan sosial di lingkungan.

    Renforching factor : minimnya pendidikan tentang kesehatan reproduksi pada remaja sebaiknya peran orang tua, dan lingkungan tempat bersosialisasi yang diharapkan dapat berpengaruh untuk remaja.

  11. Predisposing Factors :
    Kurangnya informasi tentang seks merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masalah seksual pada remaja, remaja harus dapat mempersiapkan dirinya agar dapat mencegah terjadinya hubungan seks yang tidak dikehendaki, akan tetapi pada umumnya mereka memasuki usia remaja tanpa bekal pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang memadai, sehingga mereka tambah terjerumus dalam ketidaktahuan yang lebih dalam.

    Enabling Factors :
    Pengaruh orang tua yang mengagap tabu untuk membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan antara orang tua dengan anak yang terlanjur jauh membuat anak berpaling ke sumber-sumber informasi yang salah dan tidak akurat. Tidak hanya itu saja pengaruh pergaulan bebas pada remaja dan pengaruh dari media juga dapat menyebabkan perilaku kurang baik pada remaja. Oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi dan internet menjadi tidak terbendung lagi.

    Reinforcing Factors :
    Pemberian informasi atau penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada remaja, sehingga masih banyak siswa maupun siswi yang memiliki pengetahuan kurang khususnya tentang kesehatan reproduksi dan bagaimana bahayanya perilaku seks bebas. Dalam hal ini peran orang tua juga sangat berpengaruh terhadap perilaku seks pada remaja, untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua dan anak agar terjalin hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak sehingga anak bisa mendapatkan pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seks yang baik dari orang tua.

  12. Predisposing factors : anak-anak belum paham mengenai sex dan orang tua menganggap bahwa sex education adalah hal yang tabu, sehingga remaja tidak bertanggungjawab dengan kesehatan reproduksinya.

    Enabling factors : minimnya jumlah pengetahuan sosial dan kelompok pertemanannya serta gagalnya sosialisasi moralitas, agama dan norma di dalam keluarga

    Reinforcing factors : untuk mencegah perlu adanya peran orang tua dan lingkungan yang dapat berpengaruh baik terhadap remaja tersebut. Melarang kegiatan yang hanya dilakukan berdua dengan lawan jenis dan lebih terbuka dengan orang tua dengan apapun yang terjadi.

  13. Predisposing Factors :
    anak-anak belum paham mengenai sex dan orang tua menganggap bahwa sex education adalah hal yang tabu, sehingga remaja tidak bertanggungjawab dengan kesehatan reproduksinya.
    Kurangnya informasi tentang seks merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masalah seksual pada remaja, remaja harus dapat mempersiapkan dirinya agar dapat mencegah terjadinya hubungan seks yang tidak dikehendaki, akan tetapi pada umumnya mereka memasuki usia remaja tanpa bekal pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang memadai, sehingga mereka tambah terjerumus dalam ketidaktahuan yang lebih dalam.

    Enabling Factors :
    minimnya jumlah pengetahuan sosial dan kelompok pertemanannya serta gagalnya sosialisasi moralitas, agama dan norma di dalam keluarga
    Hubungan antara orang tua dengan anak yang terlanjur jauh membuat anak berpaling ke sumber informasi yang salah dan tidak akurat. Pengaruh pergaulan bebas pada remaja dan pengaruh dari media juga dapat menyebabkan perilaku kurang baik pada remaja. pengaruh dari media juga dapat menyebabkan perilaku kurang baik pada remaja. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih misanya video, kaset, VCD, telepon genggam dan internet.

    Reinforcing Factors :
    upaya promosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas. Sebagai upaya pencegahan terhadap perilaku seks bebas perlu juga kepada orang tua untuk memberikan perhatian terhadap anak sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak sehingga anak dapat menerima informasi yang benar tetang kesehatan reproduksi dan perilaku seks dari orang tua.

  14. Predisposing Factors :
    Kurangnya informasi tentang seks merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masalah seksual pada remaja, remaja harus dapat mempersiapkan dirinya agar dapat mencegah terjadinya hubungan seks yang tidak dikehendaki, akan tetapi pada umumnya mereka memasuki usia remaja tanpa bekal pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang memadai, sehingga mereka tambah terjerumus dalam ketidaktahuan yang lebih dalam.

    Enabling Factors :
    Hubungan antara orang tua dengan anak yang terlanjur jauh membuat anak berpaling ke sumber informasi yang salah dan tidak akurat. Pengaruh pergaulan bebas pada remaja dan pengaruh dari media juga dapat menyebabkan perilaku kurang baik pada remaja. pengaruh dari media juga dapat menyebabkan perilaku kurang baik pada remaja. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih misanya video, kaset, VCD, telepon genggam dan internet.

    Reinforcing Factors :
    upaya promosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas. Sebagai upaya pencegahan terhadap perilaku seks bebas perlu juga kepada orang tua untuk memberikan perhatian terhadap anak sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak sehingga anak dapat menerima informasi yang benar tetang kesehatan reproduksi dan perilaku seks dari orang tua.

  15. Predisposing factors:
    Anak belum paham mengenai sex dan orang tua menganggap sex education adalah hal yang tabu, sehingga remaja tidak bertanggung jawab dengan kesehatan reproduksinya.
    Kurangnya informasi mengenai sex merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masalah sexsual pada remaja, remaja harus dapat mempersiapkan dirinya agar dapat mencegah terjadinya hubungan sexs yang tidak di kehendaki, akan tetapi pada umumnya mereka memasuki usia remaja tanpa bekal pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang memadai, sehingga mereka tambah terjerumus kedalam ketidaktauhan yang lebih dalam.

    Enabling factors:
    Minimnya jumlah pengetahuan sosial dan kelompok pertemanannya serta gagalnya sosialisasi moroaitas, agama dan norma di dalam keluarga
    Hubungan orang tua dengan anak yang jauh membuat anak berpaling ke sumber informasi yang salah dan tidak akurat pengaruh pergaulan bebas pada remaja Dan oengaruh dari media juga bisa mengakibatkan prilaku yang kurang baik pada remaja. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh adanya penyebaran informasi dan ransangan seksual melalui media masa yang dengan adanya media teknologi canggih misalnya, vidio,kaset,vcd,telepon genggam dan internet.

    Reinforcing factors:
    Upaya prosmosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya sexs bebas . Sebagai upaya pencegahan terhadap prilaku sexs bebas perlu juga kepada orang tua untuk memberikan perhatian terhadap anak sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak sehingga anak dapat menerima informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan prilaku seks dari orang tua.

  16. Predisposing factors:
    Anak belum paham mengenai sex dan orang tua menganggap sex education adalah hal yang tabu, sehingga remaja tidak bertanggung jawab dengan kesehatan reproduksinya.
    Kurangnya informasi mengenai sex merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masalah sexsual pada remaja, remaja harus dapat mempersiapkan dirinya agar dapat mencegah terjadinya hubungan sexs yang tidak di kehendaki, akan tetapi pada umumnya mereka memasuki usia remaja tanpa bekal pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang memadai, sehingga mereka tambah terjerumus kedalam ketidaktauhan yang lebih dalam.

    Enabling factors:
    Minimnya jumlah pengetahuan sosial dan kelompok pertemanannya serta gagalnya sosialisasi moroaitas, agama dan norma di dalam keluarga
    Hubungan orang tua dengan anak yang jauh membuat anak berpaling ke sumber informasi yang salah dan tidak akurat pengaruh pergaulan bebas pada remaja Dan oengaruh dari media juga bisa mengakibatkan prilaku yang kurang baik pada remaja. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh adanya penyebaran informasi dan ransangan seksual melalui media masa yang dengan adanya media teknologi canggih misalnya, vidio,kaset,vcd,telepon genggam dan internet.

    Reinforcing factors:
    Upaya prosmosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya sexs bebas . Sebagai upaya pencegahan terhadap prilaku sexs bebas perlu juga kepada orang tua untuk memberikan perhatian terhadap anak sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak sehingga anak dapat menerima informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan prilaku seks dari orang tua.

  17. Predisposing factors:
    Anak belum paham mengenai sex dan orang tua menganggap sex education adalah hal yang tabu, sehingga remaja tidak bertanggung jawab dengan kesehatan reproduksinya.
    Kurangnya informasi mengenai sex merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masalah sexsual pada remaja, remaja harus dapat mempersiapkan dirinya agar dapat mencegah terjadinya hubungan sexs yang tidak di kehendaki, akan tetapi pada umumnya mereka memasuki usia remaja tanpa bekal pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang memadai, sehingga mereka tambah terjerumus kedalam ketidaktauhan yang lebih dalam.

    Enabling factors:
    Minimnya jumlah pengetahuan sosial dan kelompok pertemanannya serta gagalnya sosialisasi moroaitas, agama dan norma di dalam keluarga
    Hubungan orang tua dengan anak yang jauh membuat anak berpaling ke sumber informasi yang salah dan tidak akurat pengaruh pergaulan bebas pada remaja Dan oengaruh dari media juga bisa mengakibatkan prilaku yang kurang baik pada remaja. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh adanya penyebaran informasi dan ransangan seksual melalui media masa yang dengan adanya media teknologi canggih misalnya, vidio,kaset,vcd,telepon genggam dan internet.

    Reinforcing factors:
    Upaya prosmosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya sexs bebas . Sebagai upaya pencegahan terhadap prilaku sexs bebas perlu juga kepada orang tua untuk memberikan perhatian terhadap anak sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak sehingga anak dapat menerima informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi.

  18. Predisposing factors : kurangnya pengetahuan tentang sex education/health reproduction pada remaja. Sebagian orang juga masih menganggap bahwa sex education adalah hal yang kurang baik untuk diajarkan pada anak² usia remaja awal. Sehingga remaja kurang menjaga kesehatan reproduksi nya.

    Enabling factors : minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan kurangnya dorongan dari keluarga. Serta banyaknya pergaulan yang bebas.

    Reinforcing factors : untuk mencegah perlu dukungan dari keluarga maupun lingkungan yang dapat memberikan pengaruh baik terhadap remaja tersebut. Seperti mengurangi kegiatan yang dilakukan berdua saja dengan lawan jenis tanpa sepengetahuan orang tua.

  19. Faktor prediposisi: minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak sehingga terjadinya pergaulan bebas. Pendidikan dan lingkungan tempat bersosialisasi dapat berpengaruh untuk remaja yang sedang mencari jati dirinya remaja harus mendapatkan perhatian yang khusus agar fase tersebut dapat terkontrol.
    Reinforcing faktor: perlu adanya peran orang tua, pendidikan formal, dan lingkungan tempat bersosialisasi yang di harapkan dapat berpengaruh untuk remaja. Memberikan edukasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan memberikan arahan tentang bahayanya seks.
    Enabling faktor: perlunya memberikan seks edukasi sejak usia remaja agar tercapainya pemahaman tentang masa pubertas dan mengetahui cara menjaga reproduksinya dan agar tidak memicu pada kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang, penyakit menular seksual (HIV, AIDS), serta kehamilan dan tindakan aborsi.

  20. faktor presdiposisi :Usia minimnya pengetahuan dan pemahaman reproduksi, sikap remaja sendiri, kegagalan norma dan sosialisasi keluarga, terutama keyakinan dan moral agama, lebih terbukanya peluang pergaulan bebas yang setara dengan kualitas pengetahuan sosial dan kelompok teman-temannya.

    faktor pendukung : Penting untuk melakukan pendidikan seks yang komprehensif selama masa pubertas untuk mewujudkan pemahaman tentang pubertas dan cara menjaga kesuburan

    faktor pendorong: Mencegah perlunya peran orang tua dan lingkungan dapat berdampak baik bagi generasi muda. Dilarang melakukan aktivitas sendirian dengan lawan jenis, dan lebih terbuka kepada orang tua dalam hal apapun

  21. Faktor predisposisi
    Remaja adalah suatu dimana masa yang akan dialami oleh setiap individu yaitu perubahan dimana seorang anak anak yang beranjak menjadi remaja fase sebelum menuju dewasa. Pada masa ini dimulai di usia 12 tahun sampai dengan usian 24 tahun. Pada masa ini remaja akan mengalami pubertas yang merupakan waktu tubuh anak anak berubah menjadi tubuh yang dewasa. Perubahan emosi dan mental yang juga perlu dipahami dengan baik oleh remaja. Hingga ketertarikan dengan lawan jenis harus dipahami dengan baik agar remaja dapat mengontrol hal tersebut dan tidak menganggu aktivitas. Remaja juga perlu mengetahui cara menjaga kesehatan reproduksi yang diterapkan setiap hari. Ketidaksiapan remaja dalam mengalami perubahan dapat menimbulkan berbagai perilaku seperti :
    1. Kenakalan remaja
    2. Penyalahgunaan obat terlarang
    3. Penyakit menular (PMS) serta HIV dan AIDS
    4. Kehamilan

    Faktor pendukung :
    Ketidak pahaman remaja tentang seks dan dalam kesehatan anatomi reproduksi, kemudian mencari informasi yang dapat menjawab pertanyaan yang dicarinya. Karena pada fase remaja rasa keinginan taunya sangat besar. Sebagian besar di kalangan masyarakat besar masih beranggapan bahwa pendidikan seks menjadi suatu hal yang vulgar. Padahal di lingkungan atau dikalangan masyarakat konten yang mengenai seksualitas dan reproduksi ditawarkan dalam berbagai media, hal ini mencakup kesempatan bagi kalangan remaja untuk mengeksplorasikan sikap dan nilai.

    Faktor pendorong
    Untuk mencegah terjadinya HIV AIDS dikalangan masyarakat yaitu memberikan penyuluhan terhadap remaja tentang seks education dan tentang kesehatan anatomi reproduksi. Pengaruh pada lingkungan sekitarnya lingkungan pertemanan dan lingkungan keluarga. Keluarga berperan penting disini apa lagi peran kedua orang tua. Orang tua harus bisa memantau perkembangan anak nya bagaimana di lingkungan pertemanannya, bagaimana anaknya bergaul dengan lawan jenis. Tenaga kesehatan akan memberikan informasi menegenai seks education dan tentang kesehatan anatomi reproduksi agar remaja tidak melakukan hal yang salah.

  22. 1. Faktor Predisposisi (Predisposing factors):
    Kurangnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi, keinginan pada masa remaja yang tidak bisa terpenuhi, sulit untuk mengontrol dirinya dan berimplikasi besar pada penyimpangan sosial yang disebabkan oleh perubahan secara biologis maupun psikologis, ketidaksiapan remaja dalam mengalami perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku seperti: kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, penyakit menular seksual (PMS), serta HIV dan AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan sebagainya.
    2. Faktor Pendukung ( Enabling factors):
    Gagalnya sosialisasi norma dalam keluarga, seorang remaja harus mencari teman yang sebaya, agar terhindar dengan hal-hal yang menjadikannya melakukan penyimpangan sosial lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
    3. Faktor Pendorong ( Reinforcing factors)
    Untuk mencegah perlu adanya peran orang tua, pendidikan formal dan lingkungan tempat bersosialisasi yang diharapkan dapat berpengaruh untuk remaja. Mencari lingkungan yang sehat agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

  23. Predisposing factors
    Pada masa kanak-kanak yang akan tumbuh menjadi remaja yang dimana mereka belum begitu paham dengan apa itu sex education. Perubahan yang muncul pada masa remaja seperti ini lebih sensitif sehingga ketertarikan terhadap lawan jenis harus dipahami dengan baik dan benar agar tidak salah pergaulan atau dapat mengontrol hal tersebut dan tidak mengganggu aktivitas dengan cara menjaga reproduksi kesehatan harus dapat diterapkan setiap harinya.

    Enabiling factors
    Belum siapnya remaja dalam mengalami perubahan dapat menimbulkan perilaku yang mengacu pada kenakalan remaja seperti penggunaan obat terlarang, penyakit menular seksual (HIV ,AIDS), serta kehamilan di usia yang belum matang dan tindakan aborsi.

    Renfoching factors
    Yang mempengaruhi pergaulan bebas terhadap remaja seperti gagalnya sosialisasi norma dalam keluarga terutama dalam keyakinan agama dan mayoritas yang semakin terbuka peluang pergaulan bebas serta dengan kuitansi pengetahuan sosial dan sekelompok pertemanannya. Di masa remaja di mana mereka harus dapat mengetahui atau memilih pergaulan yang baik dan tidaknya untuk diri mereka maupun lingkungan.

  24. Predisforcing faktor : minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak sehingga terjadinya pergaulan bebas seperti
    1. Keinginan tidak bisa mengontrol sikap terhadap diri sendiri
    2. Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi
    3. Berlangsungnya berbagai macam perubahan cukup signifikan secara fisik,mental,biologis,emosional dan psikososia
    4. Keinginan masa remaja tidak bisa terpenuhi
    5. Umur

    Reinforcing faktor : faktor yang mempengaruhi remaja dalam pergaulan bebas, seperti gagalnya sosialisasi norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama, molaritas dan semakin terbukanya peluang pergaulan bebas serta dengan kuantitas pengetahuan sosial dan sekelompok pertemanannya.

    Enabiling faktor: ketidak siapan remaja dalam mengalami perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku seperti; kenakalan remaja,penyalahgunaan obat obatan terlarang, penyakit menular seksual HIV AIDS, kehamilan sejak dini, aborsi, dll

  25. Predisposing factor :
    Pada masa kanak-kanak yang akan tumbuh menjadi remaja yang dimana mereka belum begitu paham dengan apa itu sex education. Perubahan yang muncul pada masa remaja seperti ini lebih sensitif sehingga ketertarikan terhadap lawan jenis harus dipahami dengan baik dan benar agar tidak salah pergaulan atau dapat mengontrol hal tersebut dan tidak mengganggu aktivitas dengan cara menjaga reproduksi kesehatan harus dapat diterapkan setiap harinya.

    Enabiling factor :
    Belum siapnya remaja dalam mengalami perubahan dapat menimbulkan perilaku yang mengacu pada kenakalan remaja seperti penggunaan obat terlarang, penyakit menular seksual (HIV ,AIDS), serta kehamilan di usia yang belum matang dan tindakan aborsi.

    Renfoching factor :
    Yang mempengaruhi pergaulan bebas terhadap remaja seperti gagalnya sosialisasi norma dalam keluarga terutama dalam keyakinan agama dan mayoritas yang semakin terbuka peluang pergaulan bebas serta dengan pengetahuan sosial dan sekelompok pertemanannya. Di masa remaja di mana mereka harus dapat mengetahui atau memilih pergaulan yang baik dan tidaknya untuk diri mereka maupun lingkungan.

  26. Predisposing Factors :
    Kurangnya informasi tentang seks merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masalah seksual pada remaja, remaja harus dapat mempersiapkan dirinya agar dapat mencegah terjadinya hubungan seks yang tidak dikehendaki, akan tetapi pada umumnya mereka memasuki usia remaja tanpa bekal pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang memadai, sehingga mereka tambah terjerumus dalam ketidaktahuan yang lebih dalam.

    Enabling Factors :
    Hubungan antara orang tua dengan anak yang terlanjur jauh membuat anak berpaling ke sumber informasi yang salah dan tidak akurat. Pengaruh pergaulan bebas pada remaja dan pengaruh dari media juga dapat menyebabkan perilaku kurang baik pada remaja. pengaruh dari media juga dapat menyebabkan perilaku kurang baik pada remaja. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih misanya video, kaset, VCD, telepon genggam dan internet.

    Reinforcing Factors :
    upaya promosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas. Sebagai upaya pencegahan terhadap perilaku seks bebas perlu juga kepada orang tua untuk memberikan perhatian terhadap anak sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak sehingga anak dapat menerima informasi yang benar tetang kesehatan reproduksi dan perilaku seks dari orang tua.

  27. Menurut Lawrance W. Green ada tiga determinan perilaku kesehatan bagi seseorang yaitu Predisposing factor, Reinforcing factor dan Enabling factor.

    Predisposing Factor (Faktor Predisposisi) :
    Umur, Jenis Kelamin, Kurangnya pemahaman bagi remaja mengenai kesehatan reproduksi, Perubahan emosi dan mental remaja jika keinginnannya tidak terpenuhi, sikap, Pergaulan bebas yang marak dikalangan remaja.

    Reinforcing factor (Faktor Pendorong) :
    Pengaruh teman misalnya seseorang didalam pergaulan tersebut berkepribadian baik maka akan ikut berkepribadian baik juga jika sebaliknya didalam pergaulan tersebut memiliki kepribadian buruk serta pergaulan bebas maka akan ikut berkepribadian buruk. Sikap orang tua dalam mengawasi pergaulan anaknya serta sikap orang tua dalam memberikan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi, Gagalnya sosialisasi norma di dalam keluarga.

    Enabling factor (Faktor Pendukung) :
    Adanya pemahaman bagi remaja mengenai kesehatan reproduksi, Perlunya memahami perubahan yang terjadi pada fisik, emosi, dan mental mereka, Remaja perlu dan harus bisa dalam menjauhi pergaulan bebas dan dapat mengontrol kepribadiannya dengan baik, Peran orang tua didalam pengawasan pergaulan anak.

    Terima kasih

  28. 1.Faktor predispisisi =>
    Dimana masa remaja merupakan masa dimana menemukan jati diri dan mengenal berbagai lawan jenis serta berbagai macam hal tentang remaja, maka dari itu remaja lebih mudah sensitif maka kita harus memahami dengan baik agar dapat mengontrol hal tersebut agar tidak mengganggu hal tersebut.
    ~ Faktor predisposisi dapat kita pahami bahwa beberapa remaja yang mungkin masih belum mengetahui seberapa pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja.
    2. Faktor pendukung =>
    Ketidak siapan remaja dalam mengalami perubahan dapat menimbulkan perilaku yang mengacu pada kenakalan remaja. Contohnya, penggunaan obat terlarang, penyakit menular (HIV, AIDS), serta hamil di luar nikah
    ~Di dalam faktor pendukung kita dapat mencegah hal tersebut dengan peran dari orang tua, serta pendidikan formal dan lingkungan tempat bersosialisasi yang diharapkan dapat mengubah/mendidik perilaku untuk remaja.
    3. Faktor pendorong =>
    Dalam pergaulan bebas dapat mempengaruhi remaja seperti, gagalnya sosialisasi norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan molaritas dan terbukanya peluang pergaulan bebas serta mereka bisa mencari kebebasan diluar rumah.
    ~Dalam hal ini, perlu dukungan dari keluarga untuk memberikan motivasi atau contoh dan sikap yang mengacu pada kesehatan reproduksi dan seksualitas, serta membangun sosial norma yang ada di dalam keluarga agar terhindar dari masalah kesehatan reproduksi remaja.

  29. 1.Faktor predispisisi ›» Dimana masa remaja merupakan masa dimana menemukan jati dirinya dan mengenal berbagai lawan jenis serta berbagai macam hal tentang dewasa dan remaja di kalangan sekitarnya,maka dari itu remaja lebih mudah sensitif maka kita harus memahami dengan baik agar tidak dapat mengontrol hal tersebut dan tenaga kesehatan memberikan pemahaman khusus kepada remaja. Dan apa bila keinginan remaja tidak bisa di penuhi sesuai apa yang di inginkan pada masa remaja akibatnya pada masa remaja tersebut dapat mengalami perubahan dan dapat menimbulkan berbagai macam perilaku seperti berikut.
    1.kenalan remaja
    2.penyala gunaan obat terlarang
    3.penyakit menular seksual
    4.HIV & AIDS
    5.Kehamilan tidak di inginkan aborsi dll.
    Predisforcing faktor : kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan obat² terlarang dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak sehingga terjadinya pergaulan bebas seperti.
    1.keinginan tidak bisa mengontrol sikap terhadap diri sendri
    2. Pergaulan yang bisa membuat kecanduan pada diri sendiri.
    3.kurangnya pengetahuan fan pemahaman tentang kesehatan reproduksi seksual pada remaja
    4.berlangsungnya berbagai macam perubahan cukup signifikan secara fisik,mental biologis emosional dan psikososial.
    5.keinginan remaja yang tidak terpenuhi
    Solusi dari permasalahan yang di alami di atas untuk mencegah semuanya itu terjadi di antaranya diri di perlukan peran orang tua serta ada pendidikan formal dan penyuluhan² dari Dinas Kesehatan setempat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

You cannot copy content of this page