Lembaran Cerita

Ramadhan Bersama Pandemi Covid-19

Oleh: Alaika M. Bagus Kurnia PS

Dosen Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya

Waktu demi waktu di lalui dengan sunyinya aktivitas masyarakat Indonesia pada tahun 2020 ini. Namun, terdapat hal yang berbeda dengan hadirnya suatu penyakit menular yang bersumber dari Wuhan, China. Sebut saja corona. Sehingga beberapa negara banyak yang memberikan tindakan serta protokol kesehatan bagi masyarakatnya sebagai upaya pencegahan penularan virus tersebut.

Melihat beberapa hasil survey yang dapat diakses di berbagai media massa, internet maupun media sosial, beberapa negara memiliki dampak yang luar biasa, tidakhanya dengan diberlakukannya lockdown untuk menghadapi wabah tersebut, namun dampak pada neraca ekonomi, pembangunan, sosial hingga kurs dollar semakin menjadi-jadi. Beberapa isu yang lain seakan dikesampingkan, konsentrasi terhadap hal lain semakin dikurangi dan segala bentuk aktivitas terjadi kurang maksimal. Sehingga bagi masyarakat ada yang mengalami kegelisahan karena penurunan pendapatan hingga kejenuhan dirumahnya.

Khususnya Indonesia. Takjarang mereka yang bekerja, berniaga hingga aktivitas lainnya yang akhirnya merubah secara total cara aktivitas kerjanya. Tagar dirumah saja (#dirumahsaja) menjadi trending topic tersendiri, anak-anak yang terbiasa menghabiskan waktunya di sekolah, menjadi belajar dirumah. Orang tua wali murid yang dulunya mengantarkan didepan sekolah dan memberikan uang saku, sebagian mereka memutar otak kembali untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam rangka melangsungkan sistem belajar dirumah.

Begitupula pada sisi tradisi yang mana masyarakat sangat kental di setiap momentumnya. Apalagi dekat-dekat ini bulan Ramadhan akan datang dan kalian semua mengetahui, betapa meriahnya angan-angan di benak kita. Dimulai dari ramainya masjid, surau, musholla, tempat perbelanjaan modern (mall, supermarket, hypermarket) hingga pasar dan pasar kaget (bazaar). Keramaian dan kenikmatan tersebut terasa indah, enak dipandang layaknya masyarakat muslim yang menjadi mayoritas di negeri ini benar-benar serius dalam menyambut bulan nan suci ini. Alih-alih pada 10 malam terakhir, mereka berbondong-bondong melaksanakan ritual qiyamullail (sholatmalam) di beberapa masjid terjangkau. Belum lagi takjil gratis di pinggir-pinggir jalan, belum lagi beberapa masjid dan musholla menyediakan menu takjil khusus untuk jamaah dan warga sekitar. Seraya mereka semua mendapatkan keberkahan hingga menjadi ajang silaturrahmi atau event tahunan yang tidak bisa dilupakan. Lihat saja, beberapa event juga disajikan dengan berbagai perlombaan, buka bersama yang dilakukan banyak kalangan. Sehingga bayangan ini akan terasa indah dan benar-benar menyambut kedatangan bulan mulia ini.

Lalu bagaimana dengan kondisi saat ini? Yang mana keberadaannya diprediksi 95% wabah covid-19 masih berlalulalang di negaraini. Apalagi Ramadhan tinggal menghitung beberapa hari lagi. Dengan ketetapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) bagi wilayah yang terkenazona merah, juga daerah lain yang diberlakukannya physical distance adalah bentuk upayanya. Sehingga seluruh aktivitas dipastikan berada di rumah. Lalu bagaimana dengan beberapa kegiatan Ramadhan? Disini banyak para imam shalattarawih yang telah menjadi langganan tiap tahunnya juga dipastikan mendapatkan konfirmasi dari perwakilantakmirnya untuk dibatalkan kegiatan tarawih berjamaah. Juga beberapa masjid sudah dipastikan meniadakan shalat idul fitri. Sehingga juga suasana Ramadhan yang sebenarnya beberapa tempat ibadah dan kegiatan lainnya menjadi motor motivasi bagi masyarakat agar lebih giat ibadahnya, menjadi hilang seketika pada tahun ini.

Disinilah kalian semuanya yang merasa muslim, yang masih menginginkan kemeriahan Ramadhan,  konsep Baiti Jannati (Rumahku Syurgaku) adalah solusi dalam rangka memeriahkannya. Yang mulanya tarawihhanya menghiasi musholla 10 malam pertama, tadarrus Al-Qur’an yang mulanya dilantunkan hanya pada awal-awal saja, saat-saat ini lah penting bagi kalian menghiasi rumah kalian dengan ibadah semaksimal mungkin. Coba bayangkan, ketika kalian menghidupkan shalat berjamaah bersama orang tua, suami atau istri, anak-anak kalian, tarawih berjamaah dirumah saja, buka puasa bersama keluarga sebulan penuh juga dirumah saja, hingga menjadi point plus menghiasi rumahnya dengan tadarrus Al-Qur’an bersama. Sungguh sangat indah dan religius baginya yang berhasrat menghidupkan rumahnya baksyurga. Selama ini mungkin rumah-rumah kalian hanya sebagai tempat singgah sebentar, beberapa aktivitas yang biasanya banyak dilakukan diluar. Mungkin ini perlu dalam rangka menambah hubungan keluarga yang harmonis dan religius. Mungkin momen pandemi inilah menjadi satu-satunya cara dalam rangka memeriahkan rumahnya, yang sebelum-sebelumnya kita selalu mencari kebahagiaan dan kesenangan diluar.

Marhabanya Ramadhan. Semoga kita semuanya terhindar dari wabah virus corona dan dapat menikmati hari-hari bahagia di bulan suci Ramadhan serta merayakan hari raya dengan suka cita. Aamiin.

Artikel Terkait

Satu Komentar

  1. Dengan adanya suatu musibah yang sekarang sedang kita hadapi ini kita banyak suatu pembelajaran yang harus kita ambil, dari yang selama ini kurang bersyukur akan nikmat sehat menjadi lebih sangat bersyukur lagi, dan mungkin kurang adanya waktu dengan keluarga, dengan adanya lockdown ini mereka sekarang lebih banyak waktu dengan keluarganya..😊

    Pokoknyaa intinyaa selalu bersyukur apapun yang sedang kita hadapi😊

    Ditunggu…
    Artikel selanjutnya yaa pak..😆

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

You cannot copy content of this page